EFEK PSIKOLOGIS PEMBERITAAN MEDIA MASSA TERHADAP KHALAYAK DITINJAU DARI TOERI AGENDA SETTING
Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu
asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan
yang akan disiarkannya. Secara selektif, “gatekeepers” seperti
penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri
menentukan mana yang pantas diberitkan dan mana yang harus
disembunyikan. Setiap kejadian atau
isu diberi bobot tertentu
dengan panjang penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada televisi
dan radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada suratkabar, frekuensi
penayangan, posisi dalam suratkabar,
posisi dalam jam tayang).
Misalnya berita tebunuhnya gembong teroris Dr.
Azahari yang terus menerus disiarkan dalam waktu rata-rata 30
menit dalam dalam televisi dan disajikan pada surat kabar dengan mengisi hampir
setengah halaman muka, berarti Dr. Azahari sedang ditonjolkan sebagai gembong teroris yang terbunuh atau pencapaian prestasi
jajaran polisi membunuh teroris nomor wahid di Indonesia
itu. Atau para bintang AFI, KDI, Indonesia Idol
yang mendapat tayangan lebih, sehingga dari orang yang tak dikenal,
karena terus diberitakan atau disiarkan hanya beberapa
bulan menjelma menjadi bintang dan sangat terkenal oleh pemirsa televisi Indonesia.
Karena pembaca, pemirsa, dan pendengar
memperoleh kebanyakan informasi melalui media massa, maka agenda
media tentu berkaitan dengan agenda masyarakat (public
agenda). Agenda masyarakat diketahui
dengan menanyakan kepada anggota-anggota masyarakat apa ang mereka
pikirkan, apa yang mereka bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap ebagai masalah yang tengah menarik perhatian masyarakat (Community Salience).
Teori Agenda Setting pertama dikemukakan oleh
Walter Lippman (1965) pada konsep “The World Outside and the Picture in our
head”, penelitian empiris teori ini dilakukan
Mc Combs dan Shaw ketika mereka
meniliti pemilihan presiden tahun 1972. Mereka mengatakan antara lain walaupun para ilmuwan yang meneliti
perilaku manusia belum menemukan kekuatan
media seperti yang disinyalir oleh pandangan masyarakat yang konvensional,
belakangan ini mereka menemukan cukup
bukti bahwa para penyunting dan penyiar memainkan peranan yang penting dalam membentuk realitas sosial kita, ketika mereka melaksanakan tugas keseharian
mereka dalam menonjolkan berita.
Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu
masyarakat dan hal-hal lain melalui media, meraka juga belajar sejauhmana pentingnya
suatu isu atau topik dari
penegasan yang diberikan oleh edia massa. Misalnya, dalam merenungkan apa yang diucapkan kandidat selama kampanye, media massa tampaknya menentukan isu-isu
yang penting. Dengan kata lain, media menetukan “acara” (agenda) kampanye.
Dampak media massa, kemampuan untuk
menimbulkan perubahan kognitif di antara individu-individu, telah dijuluki sebagai
fungsi agenda setting dari komunikasi massa.
Disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk
menstruktur dunia buat kita. Tapi
yang jelas Agenda Setting telah membangkitkan kembali minat peneliti pada efek
komunikasi massa.
DAFTAR REFERENSI
- Afdjani, Hadiono. Resume: Efek Psikologis Pemberitaan Media Massa terhadap Khalayak Ditinjau Dari Teori Peluru, Agenda Setting Dan Uses And Gratification. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur.
- Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung: 2000
- Rogers, E.M. dan F. Shoemaker. Communication of Inovations, 2nd edition, London : Free Press: 1988
- Schramm, W. dan D.F. Robert, The Process and Effect of Mass Communication, Urbana, Urbana : University of Illionis Press, 1998
- Sharp, H dan T.McClung, Effect of Organization on The Speaker’s Ethos, Speech Monographs, 1997
By : @QotrunnadaRifqi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar