FUNGSI SOSIAL DAN PERAN MEDIA MASSA (TELEVISI)
Dalam kapasitasnya sebagai media massa, pada dasarnya
televisi memiliki 4 (empat) fungsi sosial sebagaimana yang diungkapkan Wilbur
Schramm, yakni fungsi memberikan penerangan (informasi), pendidikan, mempengaruhi dan
mengisi waktu luang atau senggang (Williams, 1989:15). Namun dalam
kenyataanya, penggunaan televisi baik oleh stasiun televisi maupun masyarakat
penontonya justru lebih cenderung digunakan sebagai media hiburan dibanding
fungsi sosial lainnya. Sebagai ilustrasinya misalnya, suatu penelitian di
Brazil yang melibatkan 6 (enam) suku menunjukkan bahwa dari 1.972 responden
yang ditanya mengenai acara favorit mereka di televisi, sebanyak 57% atau
sekitar 898 orang lebih menyukai acara hiburan seperti telenovela, film seri
atau film lepas, dan komedi atau humor dibanding acara lainnya (Kottak,
1990:66)
Era industri televisi seperti saat ini, di mana hampir
seluruh masyarakat tidak dapat lepas dari terpaan media, khususnya televisi,
maka pada dasarnya para pengelolah media massa memiliki peranan yang sangat
besar dalam menentukan gambaran realitas dari kenyataan yang sebenarnya.
Sehubungan dengan ini, Denis McQuail dalam buku Mass Communication Theory (1994:65-66) menjelaskan 6 (enam)
kemungkinan yang berhubungan dengan peran media yang berhubungan dengan
gambaran realitas tersebut yakni:
- Sebagai jendela (a window on events and experiences), yang membukakan cakrawala kita mengenai berbagai hal di luar diri kita tanpa campur tangan dari pihak lain. Dengan kata lain, dalam hal ini realitas disampaikan apa adanya kepada publik/masyarakat.
- Sebagai cermin (a mirror of events in society and the world implaying a faithful reflection), dari berbagai kejadian disekitar kita. Isi media pada dasarnya adalah pantulan dari berbagai peristiwa itu sendiri. Dalam hal ini realitas media dipandang sebangun dengan realitas sebenarnya.
- Sebagai filter atau penjaga gawang (a filter or gatekeeper), yang berfungsi menyeleksi realitas apa yang akan menjadi pusat perhatian publik mengenai berbagai masalah atau berbagai aspek dalam sebuah masalah. Di sini realitas media dipandang tidak utuh lagi.
- Sebagai penunjuk arah, pembimbing atau penterjemah (a signpost, guide or interpreter) yang membuat audiens dapat mengetahui dengan tepat apa yang terjadi dari laporan yang diberikannya. Di sini realitas pada dasarnya sudah didesain sedemikian rupa;
- Sebagai forum atau kesepakatan bersama (a forum or platform), yang menjadikan media sebagai wahana diskusi dan melayani perbedaan pendapat atau feedback. Realitas di sini pada dasarnya sudah merupakan bahan perdebatan untuk sampai menjadi realitas intersubjektif;
- Sebagai tabir atau penghalang (a screen or barrier) yang memisahkan publik dari realitas yang sebenarnya. Dalam hal ini realitas yang ada di media dinili bisa saja menyimpang dari kenyataan yang sesungguhnya.
Bagaimanapun peran media massa
(khususnya televisi) pada dasarnya tidak hanya sekedar sarana pelepas
ketegangan atau hiburan, namun isi dan informasi apapun yang ditayangkan
mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat. Sebab, apa yang
ditayangkan oleh berbagai program acara televisi akan mempengaruhi kognisi
khalayaknya. Realitas subjektif (Berger, 1966:13) atau sebagaimana yang
digambarkan Lippman (1992) dengan jargon “the world outside and the pictures in our
head” yang dibentuk oleh media akan menjadi gambaran realitas publik
tentang berbagai peristiwa sosial yang terjadi disekitarnya. Realitas inilah
yang kemudian akan mendorong respons atau sikap khalayak terhadap berbagai hal
tertentu.
Dengan begitu, gambaran atau
informasi apapun yang dimunculkan media kerap kali memunculkan respon atau
sikap tertentu pula, terlepas apakah benar atau salah realitas yang
dikonstruksikan media tersebut. Di sinilah dituntut agar media massa, dalam hal
ini televisi, dapat menyampaikan gambaran realitas yang berkualitas dan akurat
mendekati realitas yang sesungguhnya, di samping masalah moralitas dan tanggung
jawab media terhadap segala sesuatu disampaikannya.
DAFTAR PUSTAKA
- Berger, Peter L dan Thomas, Lukman. 1966. The Social Construction of Reality. A Treatise in The Sociology of Knowlegde. Diterjemahkan oleh Basari, Hasan, 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan: sebuah Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES
- Kottak, Conrad Philip. 1990. Prime The Society: An Anthropological Analysis of Television and Culture. Belmont-California: Wadsworth Publishing Company.
- McQuail, Denis. 1994. Mass Communication Theory (3rd Edition). California: Sage Publication. Ltd.
- Williams, Frederick. 1989. The New Communication: Second Edition. Belmont-California: Wadsworth Publishing Company.
By : @QotrunnadaRifqi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar